Senin, 09 November 2009

KEPALA SEKOLAH, ANTARA HARAPAN DAN CITA-CITA


Semua aktifitas yang berisi inspirasi, obsesi, inovasi maupun cita-cita, jika diawali dengan basmallah sebelum memulainya, maka Insya Allah semua hal yang kita lakukan akan senantiasa mendapat barokah dan keselamatan dunia dan akhirat oleh Allah SWT. Ini adalah sebuah cita-cita yang mungkin menjadi target akhir dari sebuah pencarian jati diri yang dialami oleh sebagian besar guru PNS di seluruh Indonesia. Tak terkecuali para wanita, kesetaraan gender, menjadi sebuah pintu gerbang dan angin segar bagi mereka yang memiliki obsesi untuk menjadi ‘presiden’ di dunia pendidikan.
Seperti halnya penulis, Obsesi untuk menjadi kepala sekolah memang lahir dari sebuah impian kecil berisi cita-cita untuk bisa mengaktualisasikan diri secara intelektual yang dibarengi dengan kreativitas yang inovatif serta membangun energi dan emosi positif, sehingga nantinya ia akan mampu memimpin dirinya sendiri dan orang lain.
Pembaca yang budiman, jabatan kepala sekolah adalah sebuah amanah yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya, agar ia mampu memimpin bawahan dengan dengan hatinya bukan dengan kekuasaannya. Dia akan memegang tangan bawahannya sambil berjalan untuk menuntun, menunjukkan jalan orang yang dibimbing, kemudian dilatih, dididik, diajari supaya kelak dapat mengerjakan segala sesuatunya secara mandiri. Dia juga akan bekerja dengan bukti dan berjanji dengan hati.
Jika saya sebagai Kepala Sekolah, saya akan tetap melakukan tugas saya sebagai seorang guru bahasa Inggris, walaupun dengan beban mengajar yang waktunya lebih sedikit dibanding pada saat menjadi guru. Karena saya yakin, bahwa kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin para pendidik dan tenaga kependidikan di sebuah sekolah atau institusi pendidikan. Saya bertekad akan tetap menunjukkan eksistensi diri sebagai guru dan penerus jejak Ki Hajar Dewantara, yang akan terus menabur benih kebaikan dengan cara mentransfer ilmunya kepada peserta didik, walaupun hanya 2 jam per pekan atau 8 jam perbulan ditambah dengan tugas-tugas lain untuk mengelola pendidikan di sekolah yang akan saya pimpin, secara jujur dan sehat. Insya Allah!
Eksistensi diri memang harus dibuktikan dengan sikap konsisten bahwa saya adalah tetap seorang guru sampai kapanpun, walaupun pemerintah memberikan saya amanah sebagai kepsek yang mungkin terkadang waktu untuk mengajar sangat terbatas, dikarenakan kesibukan saya mengatasi berbagai permasalahan sekolah yang muncul silih berganti. Tapi, kalau dari awal kita sudah mempunyai komitmen dan tekad yang kuat bahwa kita adalah guru yang kehadirannya sangat dinanti-nantikan oleh para peserta didik di dalam kelas, maka hal yang akan muncul adalah perasaan betapa indahnya jika kita masih bisa bermanfaat bagi siswa. Selain untuk menambah keakraban dan kehangatan yang terjalin antara kepala sekolah dan peserta didik, tentunya mereka juga pasti akan menilai bahwa kepsek mereka adalah sosok yang mumpuni walaupun di tengah aktifitasnya yang padat sebagai seorang pemimpin.
Pembaca yang budiman, dibalik, komitmen dan tekad pasti tersembunyi sebuah masalah yang merupakan hiasan sekaligus bukti kesabaran manusia dalam menyelesaikan suatu hal, dan pasti akan memperindah jalan mereka menuju surgaNya. Dan saya yakin, masyarakat biasa, pejabat, presiden, guru maupun kepala sekolah sama-sama mempunyai masalah dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Untuk itulah kepsek memerlukan strategi khusus agar masalah tersebut dapat diselesaikan secara proporsional melalui empat acuan dasar, yaitu “Honest, Forward looking, Inspiring and Competence.”(Forst and Forst : 2001). Honest atau Jujur bermakna bahwa saya harus mengakui keterbatasan yang saya miliki dan saya perlu orang lain dalam hal ini para guru dan staf untuk membantu saya menyelesaikan beberapa ‘perkara’ dalam dunia pendidikan. Misalnya, jika saya sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris, kemudian ada tamu dari luar negeri berkunjung ke sekolah saya, maka saya akan meminta dan mendatangi dengan hormat guru yang kompeten tersebut, bukan memanggil melalui ajudan saya. Setelah guru itu membantu saya melayani tamu, maka pantaslah jika saya beri dia insentif khusus hasil dari kerja kerasnya. Kejujuran dan transparansi dari pemberian insentif seperti ini patut menjadi budaya yang harus dilestarikan secara jujur. Kemudian forward looking atau cara pandang yang lebih maju. Hal ini bermakna bahwa saya harus berpikir laksana seorang ‘misionaris’ yang akan membawa tongkat berisi sebuah misi penting bersama dengan para pendidik dan tenaga kependidikan untuk melihat permasalahan dari sudut pandang ke depan, mencari lebih banyak sisi manfaat daripada mudhorat serta tidak tertinggal jauh ke belakang karena mengungkit sebuah hal di masa lalu yang sekiranya tidak layak untuk didiskusikan apalagi untuk ‘dikonsumsi’. Misalnya ‘kesalahan’ bawahan yang dimasa lalu tidak harus selalu diungkit dalam rapat mingguan hingga semua guru dan staf jadi tahu dan takut untuk berbuat sesuatu yang inspiratif akibat terhalang oleh pemimpin yang merasa bahwa ini adalah sebuah ‘kesalahan’ karena ide dan konsep dari berbagai faktor yang tidak sepaham dan lain sebagainya. Untuk itu perlu adanya penyatuan persepsi antara kepsek, guru, dan staf yang mengarah pada kemajuan sekolah di masa yang akan datang.
Selain itu, seperti halnya Mario Teguh sang Inspiring man yang terkenal dengan Golden Ways nya, saya juga harus bisa menjadi tokoh inspirasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah saya, bukan menjadi sarang ‘emosi’ mereka dikarenakan karakter saya yang tidak mau mengalah karena lebih berkuasa. Saya harus bisa membuat mereka nyaman tanpa diliputi perasaan tertekan selama berada di lingkungan kerja, menumbuhkan inspirasi dan inovasi mereka untuk maju berpegangan tangan membangun sekolah dengan nilai moral yang tinggi dan peradaban baru yang lebih positif. Leadership is attracting people to a cause and inspiring them to work to their potential in support of that cause.(William N. Yeomans)
Yang terakhir, yaitu competence atau kompetensi, maksudnya bahwa saya harus kompeten dalam melihat sebuah masalah, baik masalah yang datang dari guru, siswa maupun tenaga kependidikan lainnya. Kompetensi dibuktikan melalui sebuah pendekatan persuasif menggunakan model “Dialektis Dialogis” atas dasar musyawarah untuk kepentingan bersama bukan musyawarah untuk kepentingan pribadi yang disuka. Acuan kompetensi ini akan saya jadikan tirai untuk menutup rapat-rapat sebuah anggapan bahwa “Siapa yang lebih menguntungkan saya, maka dia yang akan saya orbitkan.” Sehingga kenyataan yang ada sekarang adalah faktor like and dislike itulah yang terus merajalela. Mudah-mudahan dengan kompetensi yang saya miliki saya mampu bersikap profesional untuk memilih wakil-wakil saya yang menjunjung tinggi arti sebuah kompetensi sehat secara lahir dan batin dibarengi dengan jiwa profesionalisme.
Hal-hal tersebut di atas memang layak untuk dijadikan fondasi awal bagi seorang kepala sekolah. Namun, sebagai pelengkap fondasi tersebut, saya memandang perlu untuk menjadikan acuan semua perkataan dahsyat nan hebat Rasulullah Muhammad SAW tentang figur pemimpin yang sebenarnya. Kepala sekolah akan layak dan pantas dikatakan sebagai seorang pemimpin jika :
1. Rasulullah saw certified that all leaders should have commitment to struggle his people. He should care of his people’s trouble and their necessaries. (the story of finding poor people in the middle of night). Rasulullah menegaskan bahwa semua pemimpin harus punya komitmen untuk memperjuangkan bawahannya. Dia harus peduli dengan masalah dan kebutuhan seluruh rakyatnya. Insya Allah, jika saya sebagai kepala sekolah, saya berusaha mengakomodir semua keperluan guru seperti insentif mengoreksi ulangan harian, tugas serta penobatan ‘Teacher and Student of the year’ atas dedikasi dan kerja keras nya selama di berada di sekolah. Sementara jika terdapat masalah antara guru dan saya atau guru dengan guru, saya berusaha untuk menyelesaikan masalah itu secepat mungkin hingga tidak berlarut-larut.
2. A good leader should be acceptable by his people. “The better leader is a person whom you love and love you much, who pray you much and you also pray for them. (Hr. Muslim) Pemimpin yang baik harus bisa diterima kehadirannya oleh para bawahan. Karena pemimpin yang baik adalah orang yang kamu cintai dan sangat mencintaimu, yang selalu berdoa untukmu seperti kamu juga yang selalu berdoa untuknya. Untuk mengimplementasikan hal ini, maka saya memandang perlu untuk menyatukan hati dan bersama-sama berdoa jika ada salah satu guru kami tertimpa musibah atau kehilangan salah satu anggota keluarganya, saya akan mengajak para guru dan murid untuk berdoa bersama di rumah guru tersebut jika kebetulan satu domisili dengan keberadaan sekolah serta untuk menguatkan hati mereka bahwa kita adalah bersaudara.
3. A leader should be ready when people critized him, and need not to be an arrogant. So those who did not want be critized by others, the better place for him is in the hell. (Pemimpin yang baik harus siap jika mendapat kritik pedas dari para bawahan dan tidak perlu menjadi sombong karenanya. Karena orang yang tidak mau di kritik, tempat yang paling pantas untuknya adalah neraka). Jika saya sebagai kepala sekolah, Insya Allah, saya siap untuk di kritisi oleh para bawahan saya atas kesalahan dan ketidaknyamanan mereka selama saya memimpin. Saya juga berusaha untuk menerima segala jenis masukan dan himbauan agar saya bisa memimpin mereka dengan lebih baik lagi.
4. A leader should be honest, instruction, model, brilliant. (Seorang pemimpin harus jujur, amanah, teladan, dan cerdas). Semua yang diajarkan Nabi Muhammad SAW pasti akan membawa keselamatan dunia dan akhirat. Dan ini harus menjadi motivasi buat saya jika terpilih menjadi kepala sekolah nanti untuk bisa mengikuti dan mencontoh apa yang beliau lakukan selama menjadi seorang pemimpin. Saya harus berusaha menjadi sosok yang jujur bekerja bukan karena ada kontrol dan sidak dari atasan saya yaitu Walikota dan Kadisdik tapi murni karena pengawasan Allah SWT. Hal yang paling riskan dan selalu menggoyangkan hati kita adalah bagaimana mengelola keuangan sekolah secara sehat, jujur dan transparan dengan melibatkan semua warga sekolah. Insya Allah, dalam mengelola keuangan tersebut, saya harus bersikap bijak, proporsional dan profesional untuk memberlakukan keadilan dan pemerataan bagi seluruh warga sekolah. Amin. Saya juga akan menjaga amanah yang diberikan Allah SWT melalui pemerintah kota Balikpapan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak. Selain itu saya juga berusaha untuk menjadi teladan bagi para bawahan saya. Misalnya untuk hadir ke sekolah tepat waktu, meminta ijin dengan bawahan jika ada keperluan, disiplin dalam bekerja dan bersikap ramah sekalipun dengan orang yang tidak suka dengan saya. Saya juga harus menampilkan nilai cerdas secara lahir dan batin dengan melakukan “muhasabah bulanan”atau introspeksi diri dan para bawahan agar tidak ada dendam diantara kita. Muhasabah bulanan ini akan diisi oleh seorang da’i yang bisa menuntun kita semua dalam melakukan aktifitas hidup. Sedangkan secara lahir, saya akan mengajak para guru untuk membudayakan menulis karya ilmiah dan pelatihan pengajaran inovatif berbasis multimedia secara perlahan namun pasti. Dan insya Allah akan saya agendakan selama 2 kali perbulan di bawah bimbingan nara sumber yang berpengalaman. Semua yang berkaitan dengan peningkatan mutu guru untuk menjadi cerdas secara lahir dan bathin akan menjadi agenda rutin yang harus tertata rapi sekaligus motivasi buat saya dan para bawahan saya untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Pembaca yang budiman, harapan dan cita-cita yang saya kemukan di atas, merupakan sebuah paradigma baru yang ingin saya wudkan ketika saya mendapat amanah menjadi seorang kepala sekolah. Tapi tentu saja apa yang menjadi harapan belum tentu sama kenyataan yang menjadi tujuan. Tapi saya yakin, jika saya konsisten dan komitmen dengan bahasa yang saya gunakan pada bagian pendahuluan yaitu, bekerja dengan bukti dan berjanji dengan hati serta bekerja semata-mata karena Allah, maka saya yakin Allah SWT akan membimbing saya melakukan aktifitas kepemimpinan di arah yang benar. Dan mungkin kalimat bermakna di bawah ini bisa menjadi gairah berjuang untuk bertahan hidup dengan penuh barokah.
To the question of your life you are the answer,
and to the problems of your life you are the solution. ~Joe Cordare
Kamu adalah jawaban atas sebuah pertanyaan dan solusi atas sebuah masalah.

Wallahu a’lam bisshowab.

Selasa, 06 Oktober 2009

My Students and I


My class , XI Social 1 has a special characteristic than the other class. All students there, are really care of me especially about something that I've never thought that it is really important in my life. Especially when my my birthday came, I really surprised when they gave me a little party and a delicious cake, ehm... yummy! But the one that I really loved them is their caring to me, not about the cake. Although sometimes they always make me dissapointed because they reluctant and neglected to study hard, forgot doing homework, and many else. However, I still can not angry to them. I know that it is hard to come up my angry to them due to their kindness to me. One thing that I want you all to do, my soc 1, please set up your future from now on. I know you can make it if you try. Insya Allah!


Love,



Ms. Dayang

Selasa, 08 September 2009

Selasa, 07 Juli 2009

Pembiayaan Pendidikan yang jujur


Wacana Pendidikan gratis yang yang dikumandangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo serta meningkatnya anggaran dana operasional sekolah (BOS) bagaikan angin segar bagi masyarakat pengenyam pendidikan. Apalagi seiring dengan naiknya anggaran BOS dan BOMM tersebut, pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, meminta kepada pimpinan sekolah negeri untuk tidak memungut biaya sepersen pun kepada siswa.
Pemerintah memang sudah komitmen melakukan berbagai maneuver politik untuk kepentingan pendidikan. Dan untuk hal tersebut, penulis sangat menghargai jerih payah dan pengorbanan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk kepentingan anak bangsa. Tapi, apakah oknum yang menjadi kaki tangan pemerintah sekaligus penyalur dan pendistribusian dana BOS dan BOMM tersebut, dapat dipercaya dan amanah dalam melakukan pekerjaannya?
Pembaca yang budiman, dana BOS dan BOMM serta dana sampingan yang diberikan oleh PEMKOT dan PEMKAB setempat, merupakan bantuan pemerintah untuk memfasilitasi proses pembelajaran di sekolah negeri dan swasta sudah pasti merupakan anugerah yang tak ternilai bagi masyarakat pengenyam pendidikan jika memang dikelola secara adil, jujur dan profesional oleh pihak sekolah. Tapi jika tidak, dimana rasa kemanusiaan, keadilan dan pertanggungjawaban para oknum tadi setelah mengambil hak yang seharusnya adalah milik rakyat? Apalagi porsi dan pengalokasian dana tersebut betul-betul riil dan jelas tertera dalam peraturan pemerintah bahwa seorang anak SMP misalnya, mendapat dana BOS sebesar RP 575.000 per tahun tidak kurang dan tidak lebih. Tapi jika ada kegiatan “sunatan masal” dana BOS dan BOMM serta dana sampingan tadi, berarti anak-anak tersebut tidak mendapatkan haknya secara utuh bukan? Buku pegangan yang seharusnya didapatkan anak secara gratis, berganti arah menjadi keharusan membeli buku satu paket yang harganya sungguh “luar biasa” hasil kerjasama sekolah, guru dengan pihak penerbit. Jika sudah demikian, mau tidak mau orang tua si anak harus merogoh koceknya lagi serta bekerja keras untuk membelikan buku buat sang buah hati tercinta. Lantas dikemanakan dana yang seharusnya dipergunakan untuk memfasilitasi siswa dalam belajar? Apakah pemerintah hanya tinggal diam dan tidak melakukan pemberian sangsi berat kepada pihak-pihak “penyunat” tersebut untuk dapat diperkarakan layaknya para koruptor kelas kakap, penghuni Lapas cipinang atau rutan Salemba? Penulis yakin, jika sangsi ditegakkan maka koruptor terselubung tidak akan berani menyelewengkan dana-dana yang bukan haknya. Dan yang pasti, anggaran pendidikan dapat digunakan semaksimal dan seoptimal mungkin berazaskan keadilan dan kejujuran.
Pembaca yang budiman, Anggaran pendidikan di Indonesia memang terbatas, hanya berkisar 20% dari dana APBD di masing-masing kota / kabupaten setempat, itu pun sudah termasuk gaji guru yang berjuang untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berarti pembiayaan pendidikan hanya merupakan sisa rupiah untuk membiayai operasional pendidikan setelah dikurangi gaji guru yang ada di masing-masing daerah. Jika sudah demikian, apakah pemerintah masih mau meningkatkan anggaran untuk pendidikan agar setara dengan anggaran pendidikan negeri tetangga? Dan setelah pemerintah menaikkan anggaran pendidikan tersebut, apakah pendidik dan tenaga kependidikan akan memperbaiki kinerja mereka, menciptakan daya saing dan terus memacu diri untuk bersama meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia? Insya Allah!



Kamis, 11 Juni 2009

ADA APA DENGAN HASIL UN 2009?


Kabar tak sedap terdengar di telinga para pemerhati pendidikan tentang penundaan pengumuman hasil UN 2009 yang seyogyanya diumumkan pada hari ini, Jumat, 12 Juni 2009. Tidak ada alasan yang jelas mengapa harus di tunda dan sampai kapan harus menunggu diumumkannya hasil belajar peserta didik tersebut? Mengapa harus menunda kalau toh hasil yang sudah diperiksa secara matang sudah ddemikian jelasnya. Apakah ini dikarenakan beberapa sekolah di beberapa wilayah Indonesia harus mengadakan ujian ulang atau ada hal-hal lain yang sekiranya menghalangi diumumkannya hasil UN tersebut? Ataukah ada hubungannya dengan pilpres yang sebentar lagi akan kita laksanakan, sehingga konsentrasi masyarakat harus diarahkan pada pencontrengan yang tepat dan akurat terhadap calon RI 1 dan RI 2 nanti? Ataukah konsentrasi masyarakat diarahkan untuk memecahkan masalah kekerasan seksual yang dialami oleh seorang Manohara hingga hampir setiap hari seluruh stasiun TV lebih fokus pada masalah Manohara dan berusaha mencari win win solution atasnya? Sementara masalah fondasi utama bangsa yang terkait dengan masalah pendidikan harus terlantar dengan alasan yang tidak jelas? Bagaimana kita bisa konsisten dengan masa depan jika pola pikir kita hanya bereaksi dengan masalah-masalah yang itu-itu saja dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan.

kalau kita mau menelaah ke belakang, ada baiknya juga kalau pemerintah mau mempercayakan sepenuhnya kepada setiap sekolah untuk meluluskan peserta didiknya karena yang tahu jelas keadaan siswa tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah gurunya. Guru adalah sosok yang sangat mengerti dan memahami perilaku siswa tersebut, sejak pertama kali menginjakkan kakinya di bangku sekolah sampai akhirnya berkembang menjadi anak yang terdidik secara imtak maupun iptek. Guru juga yang tahu persis latar belakang sosial ekonomi anak karena dalam beberapa waktu pasti ada pertemuan antara beliau dan wali murid.

Pembaca yang budiman, apakah pemerintah masih harus bersikukuh dengan pendapatnya bahwa UN harus ditentukan bahkan diumumkan secara Nasional? Apakah tidak lebih baik kalau urusan lulus atau tamat di berikan kepada sekolah masing-masing? Saya tunggu tanggapan anda.

Kamis, 28 Mei 2009

SUDAH ADILKAH AKU KEPADA MURIDKU?

Seorang anak perempuan, siswa kelas 3 sekolah dasar negeri menangis tersedu-sedu sepulang dari sekolah dan langsung mencari ibunya dan menangis di pangkuannya. Sang Ibu bertanya, " Ada apa sayang, mengapa engkau menangis?" Sang anak pun menjawab, " Tadi saya tidak dijelaskan oleh Ibu Guru di sekolah tentang bagaimana cara menghitung angka yang benar sementara siswa lain dijelaskan secara detail karena mereka les matematika dengan Bu "Ani" sepulang dari sekolah sementara saya tidak. "Saya harus bagaimana, Bu?"Saya ikut les saja ya, Bu. Biar saya diperhatikan oleh guru sama seperti siswa yang lain. "Boleh ya, Bu?"Tolong saya, Bu?" Saya takut nanti kalau ulangan semester tiba, saya tidak bisa mengerjakan soal-soal tersebut." Sang Ibu belum bisa memberikan komentar apa-apa kecuali mengelus anaknya dengan kasih sayang.
Pembaca yang budiman, Apakah kita harus menonton adegan ini terjadi berlarut-larut bahkan berulang-ulang? Sebagai pemerhati pendidikan, apakah kita tidak terpanggil untuk mencari solusi dibalik polemik sederhana yang bakal menciptakan masalah besar di dunia pendidikan? Apakah kita harus rela mempertahankan guru yang tidak adil ini yang selalu memiliki persepsi money-oriented tapi berkualitas buruk?" Apakah Indonesia tidak malu memiliki guru-guru yang pikirannya hanya uangdan uang tanpa berusaha berpikir bagaimana mencerdaskan anak bangsa dengan memberikan hak-hak mereka sebagai pelajar yang memerlukan bimbingan dan pengajaran? Apakah Indonesia rela menjadi negara yang terus tertinggal dari bangsa lain hanya karena guru yang tidak profesional mengajar dan mendidik siswa setengah setengah?
Pemerintah yang budiman, Apakah salah jika saya sebagai murid memohon kepada Anda dengan kata tolong karena saya hampir tenggelam dalam laut ketidakpastian sementara Anda tenang-tenang saja dan fokus pada urusan anda sendiri padahal anda dipercaya untuk mengurusi hajat hidup orang banyak?
Pembaca yang budiman,
Kata "tolong" bermakna sebuah permohonan bantuan dari seseorang yang berada dalam kondisi menderita kepada orang lain yang memiliki kapasitas lebih untuk membantu. Tapi jika orang ini terus berteriak karena tidak ada satu pun orang yang ingin membantu? Lantas kepada siapa lagi orang ini harus meminta bantuan, jika orang mampu yang masih yang masih hidup tidak tahu menahu akan nasib saudaranya?
Pembaca yang budiman,
Tidak ada kekuatan utuh yang dapat menolong seseorang terlepas dari musibah selain dzat yang Maha agung, Allah SWT. Allah Maha Melihat apa-apa yang dilakukan hambaNya. Jika sampai ada orang yang tidak mau menolong saudaranya yang sedang menderita, padahal dia mampu melakukannya, Allah pasti akan memberi ganjaran yang setimpal dengan apa yang diperbuatnya.
Dan kalau memang kenyataannya, seorang murid memerlukan bantuan berupa penjelasan akan suatu materi, apakah guru bijak tidak mau tahu dan tidak memedulikan kesulitan muridnya? Apakah guru tersebut layak dikatakan sebagai guru berkualitas? Apakah orang tersebut layak diberikan predikat sebagai guru, " orang yang digugu dan ditiru kalau mentalnya saja seperti seorang koruptor yang mengambil hak-hak siswa untuk diberi penjelasan materi pelajaran dengan gaji buta yang diterima setiap bulannya?
Pembaca yang budiman,
Guru profesional, bijak dan bermartarbat tidak akan pernah menelantarkan kepentingan muridnya hanya untuk tujuan tertentu. Predikat guru yang disandanganya hendaknya menjadi bahan introspeksi diri, apakah aku sudah berbuat adil kepada murid-muridku? Apakah aku sudah menjalankan kewajibanku untuk memenuhi hak-hak siswa sebagai pelajar? Jika guru bijak mau berkaca dan berbuat lebih banyak untuk kesejahteraan murid-muridnya, itulah guru senantiasa mendidik dengan hati bukan dengan uang. Jika anda termasuk guru yang selalu mendidik dengan hati, saya tunggu komentar anda terhadap permasalahan ini. Tapi jika anda tidak tahu menahu apalagi memberikan komentar terhadap permasalahan ini, predikat anda patut dipertanyakan. I'll be waiting for your comment!

SUDAH ADILKAH AKU KEPADA MURIDKU?

Jumat, 10 April 2009

THE TEACHER'S WELFARE, WHO WILL RESPONSIBLE?


Since a teacher is my profession, So I think It is not a mistake if I say that I approximately agree with some opinion stated by many people about teacher, because when we talked about that job, our imagination will be focus on an old wise man rode an old bike, brought an old bag and titled as Oemar Bakrie as the song sung by Iwan Fals. That was a previous teacher. But the function of both previous and present teachers are transferring their knowledge to all people who need it especially students. The teacher is the one who always share his great ideas with all his heart without thinking about the recompense , ”Who will return all my sacrifice?” He is also a qualified person who has a willing to create a qualified generation for our beloved country, Indonesia. The teacher who always think about the future of Indonesia although Indonesia will never ever think about his own future, his welfare. He is the one who always think about how important our Indonesia to be equal with the progress countries in the world, to be the prosperous countries like them, to be a welfare country with welfare teacher. However, what is the response of all the teacher’s creation? Who is the capable person who can answer that question? it must be the government’s turn to think about the real entity then decide a special extra budget for those who have helped us to develop our country, the one and only, A TEACHER. The teacher who has created a little young girl become a minister. He has also created a little young boy become a president. And now, definitely, It is a job of the Minister of Education even the president to make everything’s coming true, Struggling THE TEACHER’S WELFARE. But as a matter of fact, the government started his promise for educational budget with a very little point, 4% then after several years become 20% and till now on, I really don’t know, Has it implemented already or not? Well, planning is only planning. And the realization from the government is still in the process of thinking. It’s a kind of discourse analysis. So, who will struggle the teacher’s welfare if it doesn’t come from the teachers themselves? Let’s hand in hand to struggle our right, to struggle our position that we also need some extra appreciation and cash annually, as the teacher in Malaysia, Singapore, America, England and all countries in the world and of course the government should not postpone it till several years. If we just stay cool, submit to one’s fate, it means we are absolutely agree with government’s decision who always make the teacher’s profession as a just profession need not a reward and respectation. The existence of teacher will be left behind, and it is impossible to make our education go forward and qualified without some interferences from the teacher. The future of Indonesia depends on a great qualified teacher who worked professionally to improve the quality of Education in Indonesia. And for that reason the government should represent the voice of teacher, the voice of nation. Because from his voices, the students understand what will they do to develop the nation. improving his welfare means improving the educational quality. And Insya Allah, the teacher will be more responsible and professional in doing his job. Hopefully!