Semua aktifitas yang berisi inspirasi, obsesi, inovasi maupun cita-cita, jika diawali dengan basmallah sebelum memulainya, maka Insya Allah semua hal yang kita lakukan akan senantiasa mendapat barokah dan keselamatan dunia dan akhirat oleh Allah SWT. Ini adalah sebuah cita-cita yang mungkin menjadi target akhir dari sebuah pencarian jati diri yang dialami oleh sebagian besar guru PNS di seluruh Indonesia. Tak terkecuali para wanita, kesetaraan gender, menjadi sebuah pintu gerbang dan angin segar bagi mereka yang memiliki obsesi untuk menjadi ‘presiden’ di dunia pendidikan.
Seperti halnya penulis, Obsesi untuk menjadi kepala sekolah memang lahir dari sebuah impian kecil berisi cita-cita untuk bisa mengaktualisasikan diri secara intelektual yang dibarengi dengan kreativitas yang inovatif serta membangun energi dan emosi positif, sehingga nantinya ia akan mampu memimpin dirinya sendiri dan orang lain.
Pembaca yang budiman, jabatan kepala sekolah adalah sebuah amanah yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya, agar ia mampu memimpin bawahan dengan dengan hatinya bukan dengan kekuasaannya. Dia akan memegang tangan bawahannya sambil berjalan untuk menuntun, menunjukkan jalan orang yang dibimbing, kemudian dilatih, dididik, diajari supaya kelak dapat mengerjakan segala sesuatunya secara mandiri. Dia juga akan bekerja dengan bukti dan berjanji dengan hati.
Jika saya sebagai Kepala Sekolah, saya akan tetap melakukan tugas saya sebagai seorang guru bahasa Inggris, walaupun dengan beban mengajar yang waktunya lebih sedikit dibanding pada saat menjadi guru. Karena saya yakin, bahwa kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin para pendidik dan tenaga kependidikan di sebuah sekolah atau institusi pendidikan. Saya bertekad akan tetap menunjukkan eksistensi diri sebagai guru dan penerus jejak Ki Hajar Dewantara, yang akan terus menabur benih kebaikan dengan cara mentransfer ilmunya kepada peserta didik, walaupun hanya 2 jam per pekan atau 8 jam perbulan ditambah dengan tugas-tugas lain untuk mengelola pendidikan di sekolah yang akan saya pimpin, secara jujur dan sehat. Insya Allah!
Eksistensi diri memang harus dibuktikan dengan sikap konsisten bahwa saya adalah tetap seorang guru sampai kapanpun, walaupun pemerintah memberikan saya amanah sebagai kepsek yang mungkin terkadang waktu untuk mengajar sangat terbatas, dikarenakan kesibukan saya mengatasi berbagai permasalahan sekolah yang muncul silih berganti. Tapi, kalau dari awal kita sudah mempunyai komitmen dan tekad yang kuat bahwa kita adalah guru yang kehadirannya sangat dinanti-nantikan oleh para peserta didik di dalam kelas, maka hal yang akan muncul adalah perasaan betapa indahnya jika kita masih bisa bermanfaat bagi siswa. Selain untuk menambah keakraban dan kehangatan yang terjalin antara kepala sekolah dan peserta didik, tentunya mereka juga pasti akan menilai bahwa kepsek mereka adalah sosok yang mumpuni walaupun di tengah aktifitasnya yang padat sebagai seorang pemimpin.
Pembaca yang budiman, dibalik, komitmen dan tekad pasti tersembunyi sebuah masalah yang merupakan hiasan sekaligus bukti kesabaran manusia dalam menyelesaikan suatu hal, dan pasti akan memperindah jalan mereka menuju surgaNya. Dan saya yakin, masyarakat biasa, pejabat, presiden, guru maupun kepala sekolah sama-sama mempunyai masalah dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Untuk itulah kepsek memerlukan strategi khusus agar masalah tersebut dapat diselesaikan secara proporsional melalui empat acuan dasar, yaitu “Honest, Forward looking, Inspiring and Competence.”(Forst and Forst : 2001). Honest atau Jujur bermakna bahwa saya harus mengakui keterbatasan yang saya miliki dan saya perlu orang lain dalam hal ini para guru dan staf untuk membantu saya menyelesaikan beberapa ‘perkara’ dalam dunia pendidikan. Misalnya, jika saya sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris, kemudian ada tamu dari luar negeri berkunjung ke sekolah saya, maka saya akan meminta dan mendatangi dengan hormat guru yang kompeten tersebut, bukan memanggil melalui ajudan saya. Setelah guru itu membantu saya melayani tamu, maka pantaslah jika saya beri dia insentif khusus hasil dari kerja kerasnya. Kejujuran dan transparansi dari pemberian insentif seperti ini patut menjadi budaya yang harus dilestarikan secara jujur. Kemudian forward looking atau cara pandang yang lebih maju. Hal ini bermakna bahwa saya harus berpikir laksana seorang ‘misionaris’ yang akan membawa tongkat berisi sebuah misi penting bersama dengan para pendidik dan tenaga kependidikan untuk melihat permasalahan dari sudut pandang ke depan, mencari lebih banyak sisi manfaat daripada mudhorat serta tidak tertinggal jauh ke belakang karena mengungkit sebuah hal di masa lalu yang sekiranya tidak layak untuk didiskusikan apalagi untuk ‘dikonsumsi’. Misalnya ‘kesalahan’ bawahan yang dimasa lalu tidak harus selalu diungkit dalam rapat mingguan hingga semua guru dan staf jadi tahu dan takut untuk berbuat sesuatu yang inspiratif akibat terhalang oleh pemimpin yang merasa bahwa ini adalah sebuah ‘kesalahan’ karena ide dan konsep dari berbagai faktor yang tidak sepaham dan lain sebagainya. Untuk itu perlu adanya penyatuan persepsi antara kepsek, guru, dan staf yang mengarah pada kemajuan sekolah di masa yang akan datang.
Selain itu, seperti halnya Mario Teguh sang Inspiring man yang terkenal dengan Golden Ways nya, saya juga harus bisa menjadi tokoh inspirasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah saya, bukan menjadi sarang ‘emosi’ mereka dikarenakan karakter saya yang tidak mau mengalah karena lebih berkuasa. Saya harus bisa membuat mereka nyaman tanpa diliputi perasaan tertekan selama berada di lingkungan kerja, menumbuhkan inspirasi dan inovasi mereka untuk maju berpegangan tangan membangun sekolah dengan nilai moral yang tinggi dan peradaban baru yang lebih positif. Leadership is attracting people to a cause and inspiring them to work to their potential in support of that cause.(William N. Yeomans)
Yang terakhir, yaitu competence atau kompetensi, maksudnya bahwa saya harus kompeten dalam melihat sebuah masalah, baik masalah yang datang dari guru, siswa maupun tenaga kependidikan lainnya. Kompetensi dibuktikan melalui sebuah pendekatan persuasif menggunakan model “Dialektis Dialogis” atas dasar musyawarah untuk kepentingan bersama bukan musyawarah untuk kepentingan pribadi yang disuka. Acuan kompetensi ini akan saya jadikan tirai untuk menutup rapat-rapat sebuah anggapan bahwa “Siapa yang lebih menguntungkan saya, maka dia yang akan saya orbitkan.” Sehingga kenyataan yang ada sekarang adalah faktor like and dislike itulah yang terus merajalela. Mudah-mudahan dengan kompetensi yang saya miliki saya mampu bersikap profesional untuk memilih wakil-wakil saya yang menjunjung tinggi arti sebuah kompetensi sehat secara lahir dan batin dibarengi dengan jiwa profesionalisme.
Hal-hal tersebut di atas memang layak untuk dijadikan fondasi awal bagi seorang kepala sekolah. Namun, sebagai pelengkap fondasi tersebut, saya memandang perlu untuk menjadikan acuan semua perkataan dahsyat nan hebat Rasulullah Muhammad SAW tentang figur pemimpin yang sebenarnya. Kepala sekolah akan layak dan pantas dikatakan sebagai seorang pemimpin jika :
1. Rasulullah saw certified that all leaders should have commitment to struggle his people. He should care of his people’s trouble and their necessaries. (the story of finding poor people in the middle of night). Rasulullah menegaskan bahwa semua pemimpin harus punya komitmen untuk memperjuangkan bawahannya. Dia harus peduli dengan masalah dan kebutuhan seluruh rakyatnya. Insya Allah, jika saya sebagai kepala sekolah, saya berusaha mengakomodir semua keperluan guru seperti insentif mengoreksi ulangan harian, tugas serta penobatan ‘Teacher and Student of the year’ atas dedikasi dan kerja keras nya selama di berada di sekolah. Sementara jika terdapat masalah antara guru dan saya atau guru dengan guru, saya berusaha untuk menyelesaikan masalah itu secepat mungkin hingga tidak berlarut-larut.
2. A good leader should be acceptable by his people. “The better leader is a person whom you love and love you much, who pray you much and you also pray for them. (Hr. Muslim) Pemimpin yang baik harus bisa diterima kehadirannya oleh para bawahan. Karena pemimpin yang baik adalah orang yang kamu cintai dan sangat mencintaimu, yang selalu berdoa untukmu seperti kamu juga yang selalu berdoa untuknya. Untuk mengimplementasikan hal ini, maka saya memandang perlu untuk menyatukan hati dan bersama-sama berdoa jika ada salah satu guru kami tertimpa musibah atau kehilangan salah satu anggota keluarganya, saya akan mengajak para guru dan murid untuk berdoa bersama di rumah guru tersebut jika kebetulan satu domisili dengan keberadaan sekolah serta untuk menguatkan hati mereka bahwa kita adalah bersaudara.
3. A leader should be ready when people critized him, and need not to be an arrogant. So those who did not want be critized by others, the better place for him is in the hell. (Pemimpin yang baik harus siap jika mendapat kritik pedas dari para bawahan dan tidak perlu menjadi sombong karenanya. Karena orang yang tidak mau di kritik, tempat yang paling pantas untuknya adalah neraka). Jika saya sebagai kepala sekolah, Insya Allah, saya siap untuk di kritisi oleh para bawahan saya atas kesalahan dan ketidaknyamanan mereka selama saya memimpin. Saya juga berusaha untuk menerima segala jenis masukan dan himbauan agar saya bisa memimpin mereka dengan lebih baik lagi.
4. A leader should be honest, instruction, model, brilliant. (Seorang pemimpin harus jujur, amanah, teladan, dan cerdas). Semua yang diajarkan Nabi Muhammad SAW pasti akan membawa keselamatan dunia dan akhirat. Dan ini harus menjadi motivasi buat saya jika terpilih menjadi kepala sekolah nanti untuk bisa mengikuti dan mencontoh apa yang beliau lakukan selama menjadi seorang pemimpin. Saya harus berusaha menjadi sosok yang jujur bekerja bukan karena ada kontrol dan sidak dari atasan saya yaitu Walikota dan Kadisdik tapi murni karena pengawasan Allah SWT. Hal yang paling riskan dan selalu menggoyangkan hati kita adalah bagaimana mengelola keuangan sekolah secara sehat, jujur dan transparan dengan melibatkan semua warga sekolah. Insya Allah, dalam mengelola keuangan tersebut, saya harus bersikap bijak, proporsional dan profesional untuk memberlakukan keadilan dan pemerataan bagi seluruh warga sekolah. Amin. Saya juga akan menjaga amanah yang diberikan Allah SWT melalui pemerintah kota Balikpapan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak. Selain itu saya juga berusaha untuk menjadi teladan bagi para bawahan saya. Misalnya untuk hadir ke sekolah tepat waktu, meminta ijin dengan bawahan jika ada keperluan, disiplin dalam bekerja dan bersikap ramah sekalipun dengan orang yang tidak suka dengan saya. Saya juga harus menampilkan nilai cerdas secara lahir dan batin dengan melakukan “muhasabah bulanan”atau introspeksi diri dan para bawahan agar tidak ada dendam diantara kita. Muhasabah bulanan ini akan diisi oleh seorang da’i yang bisa menuntun kita semua dalam melakukan aktifitas hidup. Sedangkan secara lahir, saya akan mengajak para guru untuk membudayakan menulis karya ilmiah dan pelatihan pengajaran inovatif berbasis multimedia secara perlahan namun pasti. Dan insya Allah akan saya agendakan selama 2 kali perbulan di bawah bimbingan nara sumber yang berpengalaman. Semua yang berkaitan dengan peningkatan mutu guru untuk menjadi cerdas secara lahir dan bathin akan menjadi agenda rutin yang harus tertata rapi sekaligus motivasi buat saya dan para bawahan saya untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Pembaca yang budiman, harapan dan cita-cita yang saya kemukan di atas, merupakan sebuah paradigma baru yang ingin saya wudkan ketika saya mendapat amanah menjadi seorang kepala sekolah. Tapi tentu saja apa yang menjadi harapan belum tentu sama kenyataan yang menjadi tujuan. Tapi saya yakin, jika saya konsisten dan komitmen dengan bahasa yang saya gunakan pada bagian pendahuluan yaitu, bekerja dengan bukti dan berjanji dengan hati serta bekerja semata-mata karena Allah, maka saya yakin Allah SWT akan membimbing saya melakukan aktifitas kepemimpinan di arah yang benar. Dan mungkin kalimat bermakna di bawah ini bisa menjadi gairah berjuang untuk bertahan hidup dengan penuh barokah.
To the question of your life you are the answer,
and to the problems of your life you are the solution. ~Joe Cordare
Kamu adalah jawaban atas sebuah pertanyaan dan solusi atas sebuah masalah.
Wallahu a’lam bisshowab.
Seperti halnya penulis, Obsesi untuk menjadi kepala sekolah memang lahir dari sebuah impian kecil berisi cita-cita untuk bisa mengaktualisasikan diri secara intelektual yang dibarengi dengan kreativitas yang inovatif serta membangun energi dan emosi positif, sehingga nantinya ia akan mampu memimpin dirinya sendiri dan orang lain.
Pembaca yang budiman, jabatan kepala sekolah adalah sebuah amanah yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya, agar ia mampu memimpin bawahan dengan dengan hatinya bukan dengan kekuasaannya. Dia akan memegang tangan bawahannya sambil berjalan untuk menuntun, menunjukkan jalan orang yang dibimbing, kemudian dilatih, dididik, diajari supaya kelak dapat mengerjakan segala sesuatunya secara mandiri. Dia juga akan bekerja dengan bukti dan berjanji dengan hati.
Jika saya sebagai Kepala Sekolah, saya akan tetap melakukan tugas saya sebagai seorang guru bahasa Inggris, walaupun dengan beban mengajar yang waktunya lebih sedikit dibanding pada saat menjadi guru. Karena saya yakin, bahwa kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin para pendidik dan tenaga kependidikan di sebuah sekolah atau institusi pendidikan. Saya bertekad akan tetap menunjukkan eksistensi diri sebagai guru dan penerus jejak Ki Hajar Dewantara, yang akan terus menabur benih kebaikan dengan cara mentransfer ilmunya kepada peserta didik, walaupun hanya 2 jam per pekan atau 8 jam perbulan ditambah dengan tugas-tugas lain untuk mengelola pendidikan di sekolah yang akan saya pimpin, secara jujur dan sehat. Insya Allah!
Eksistensi diri memang harus dibuktikan dengan sikap konsisten bahwa saya adalah tetap seorang guru sampai kapanpun, walaupun pemerintah memberikan saya amanah sebagai kepsek yang mungkin terkadang waktu untuk mengajar sangat terbatas, dikarenakan kesibukan saya mengatasi berbagai permasalahan sekolah yang muncul silih berganti. Tapi, kalau dari awal kita sudah mempunyai komitmen dan tekad yang kuat bahwa kita adalah guru yang kehadirannya sangat dinanti-nantikan oleh para peserta didik di dalam kelas, maka hal yang akan muncul adalah perasaan betapa indahnya jika kita masih bisa bermanfaat bagi siswa. Selain untuk menambah keakraban dan kehangatan yang terjalin antara kepala sekolah dan peserta didik, tentunya mereka juga pasti akan menilai bahwa kepsek mereka adalah sosok yang mumpuni walaupun di tengah aktifitasnya yang padat sebagai seorang pemimpin.
Pembaca yang budiman, dibalik, komitmen dan tekad pasti tersembunyi sebuah masalah yang merupakan hiasan sekaligus bukti kesabaran manusia dalam menyelesaikan suatu hal, dan pasti akan memperindah jalan mereka menuju surgaNya. Dan saya yakin, masyarakat biasa, pejabat, presiden, guru maupun kepala sekolah sama-sama mempunyai masalah dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Untuk itulah kepsek memerlukan strategi khusus agar masalah tersebut dapat diselesaikan secara proporsional melalui empat acuan dasar, yaitu “Honest, Forward looking, Inspiring and Competence.”(Forst and Forst : 2001). Honest atau Jujur bermakna bahwa saya harus mengakui keterbatasan yang saya miliki dan saya perlu orang lain dalam hal ini para guru dan staf untuk membantu saya menyelesaikan beberapa ‘perkara’ dalam dunia pendidikan. Misalnya, jika saya sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris, kemudian ada tamu dari luar negeri berkunjung ke sekolah saya, maka saya akan meminta dan mendatangi dengan hormat guru yang kompeten tersebut, bukan memanggil melalui ajudan saya. Setelah guru itu membantu saya melayani tamu, maka pantaslah jika saya beri dia insentif khusus hasil dari kerja kerasnya. Kejujuran dan transparansi dari pemberian insentif seperti ini patut menjadi budaya yang harus dilestarikan secara jujur. Kemudian forward looking atau cara pandang yang lebih maju. Hal ini bermakna bahwa saya harus berpikir laksana seorang ‘misionaris’ yang akan membawa tongkat berisi sebuah misi penting bersama dengan para pendidik dan tenaga kependidikan untuk melihat permasalahan dari sudut pandang ke depan, mencari lebih banyak sisi manfaat daripada mudhorat serta tidak tertinggal jauh ke belakang karena mengungkit sebuah hal di masa lalu yang sekiranya tidak layak untuk didiskusikan apalagi untuk ‘dikonsumsi’. Misalnya ‘kesalahan’ bawahan yang dimasa lalu tidak harus selalu diungkit dalam rapat mingguan hingga semua guru dan staf jadi tahu dan takut untuk berbuat sesuatu yang inspiratif akibat terhalang oleh pemimpin yang merasa bahwa ini adalah sebuah ‘kesalahan’ karena ide dan konsep dari berbagai faktor yang tidak sepaham dan lain sebagainya. Untuk itu perlu adanya penyatuan persepsi antara kepsek, guru, dan staf yang mengarah pada kemajuan sekolah di masa yang akan datang.
Selain itu, seperti halnya Mario Teguh sang Inspiring man yang terkenal dengan Golden Ways nya, saya juga harus bisa menjadi tokoh inspirasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah saya, bukan menjadi sarang ‘emosi’ mereka dikarenakan karakter saya yang tidak mau mengalah karena lebih berkuasa. Saya harus bisa membuat mereka nyaman tanpa diliputi perasaan tertekan selama berada di lingkungan kerja, menumbuhkan inspirasi dan inovasi mereka untuk maju berpegangan tangan membangun sekolah dengan nilai moral yang tinggi dan peradaban baru yang lebih positif. Leadership is attracting people to a cause and inspiring them to work to their potential in support of that cause.(William N. Yeomans)
Yang terakhir, yaitu competence atau kompetensi, maksudnya bahwa saya harus kompeten dalam melihat sebuah masalah, baik masalah yang datang dari guru, siswa maupun tenaga kependidikan lainnya. Kompetensi dibuktikan melalui sebuah pendekatan persuasif menggunakan model “Dialektis Dialogis” atas dasar musyawarah untuk kepentingan bersama bukan musyawarah untuk kepentingan pribadi yang disuka. Acuan kompetensi ini akan saya jadikan tirai untuk menutup rapat-rapat sebuah anggapan bahwa “Siapa yang lebih menguntungkan saya, maka dia yang akan saya orbitkan.” Sehingga kenyataan yang ada sekarang adalah faktor like and dislike itulah yang terus merajalela. Mudah-mudahan dengan kompetensi yang saya miliki saya mampu bersikap profesional untuk memilih wakil-wakil saya yang menjunjung tinggi arti sebuah kompetensi sehat secara lahir dan batin dibarengi dengan jiwa profesionalisme.
Hal-hal tersebut di atas memang layak untuk dijadikan fondasi awal bagi seorang kepala sekolah. Namun, sebagai pelengkap fondasi tersebut, saya memandang perlu untuk menjadikan acuan semua perkataan dahsyat nan hebat Rasulullah Muhammad SAW tentang figur pemimpin yang sebenarnya. Kepala sekolah akan layak dan pantas dikatakan sebagai seorang pemimpin jika :
1. Rasulullah saw certified that all leaders should have commitment to struggle his people. He should care of his people’s trouble and their necessaries. (the story of finding poor people in the middle of night). Rasulullah menegaskan bahwa semua pemimpin harus punya komitmen untuk memperjuangkan bawahannya. Dia harus peduli dengan masalah dan kebutuhan seluruh rakyatnya. Insya Allah, jika saya sebagai kepala sekolah, saya berusaha mengakomodir semua keperluan guru seperti insentif mengoreksi ulangan harian, tugas serta penobatan ‘Teacher and Student of the year’ atas dedikasi dan kerja keras nya selama di berada di sekolah. Sementara jika terdapat masalah antara guru dan saya atau guru dengan guru, saya berusaha untuk menyelesaikan masalah itu secepat mungkin hingga tidak berlarut-larut.
2. A good leader should be acceptable by his people. “The better leader is a person whom you love and love you much, who pray you much and you also pray for them. (Hr. Muslim) Pemimpin yang baik harus bisa diterima kehadirannya oleh para bawahan. Karena pemimpin yang baik adalah orang yang kamu cintai dan sangat mencintaimu, yang selalu berdoa untukmu seperti kamu juga yang selalu berdoa untuknya. Untuk mengimplementasikan hal ini, maka saya memandang perlu untuk menyatukan hati dan bersama-sama berdoa jika ada salah satu guru kami tertimpa musibah atau kehilangan salah satu anggota keluarganya, saya akan mengajak para guru dan murid untuk berdoa bersama di rumah guru tersebut jika kebetulan satu domisili dengan keberadaan sekolah serta untuk menguatkan hati mereka bahwa kita adalah bersaudara.
3. A leader should be ready when people critized him, and need not to be an arrogant. So those who did not want be critized by others, the better place for him is in the hell. (Pemimpin yang baik harus siap jika mendapat kritik pedas dari para bawahan dan tidak perlu menjadi sombong karenanya. Karena orang yang tidak mau di kritik, tempat yang paling pantas untuknya adalah neraka). Jika saya sebagai kepala sekolah, Insya Allah, saya siap untuk di kritisi oleh para bawahan saya atas kesalahan dan ketidaknyamanan mereka selama saya memimpin. Saya juga berusaha untuk menerima segala jenis masukan dan himbauan agar saya bisa memimpin mereka dengan lebih baik lagi.
4. A leader should be honest, instruction, model, brilliant. (Seorang pemimpin harus jujur, amanah, teladan, dan cerdas). Semua yang diajarkan Nabi Muhammad SAW pasti akan membawa keselamatan dunia dan akhirat. Dan ini harus menjadi motivasi buat saya jika terpilih menjadi kepala sekolah nanti untuk bisa mengikuti dan mencontoh apa yang beliau lakukan selama menjadi seorang pemimpin. Saya harus berusaha menjadi sosok yang jujur bekerja bukan karena ada kontrol dan sidak dari atasan saya yaitu Walikota dan Kadisdik tapi murni karena pengawasan Allah SWT. Hal yang paling riskan dan selalu menggoyangkan hati kita adalah bagaimana mengelola keuangan sekolah secara sehat, jujur dan transparan dengan melibatkan semua warga sekolah. Insya Allah, dalam mengelola keuangan tersebut, saya harus bersikap bijak, proporsional dan profesional untuk memberlakukan keadilan dan pemerataan bagi seluruh warga sekolah. Amin. Saya juga akan menjaga amanah yang diberikan Allah SWT melalui pemerintah kota Balikpapan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak. Selain itu saya juga berusaha untuk menjadi teladan bagi para bawahan saya. Misalnya untuk hadir ke sekolah tepat waktu, meminta ijin dengan bawahan jika ada keperluan, disiplin dalam bekerja dan bersikap ramah sekalipun dengan orang yang tidak suka dengan saya. Saya juga harus menampilkan nilai cerdas secara lahir dan batin dengan melakukan “muhasabah bulanan”atau introspeksi diri dan para bawahan agar tidak ada dendam diantara kita. Muhasabah bulanan ini akan diisi oleh seorang da’i yang bisa menuntun kita semua dalam melakukan aktifitas hidup. Sedangkan secara lahir, saya akan mengajak para guru untuk membudayakan menulis karya ilmiah dan pelatihan pengajaran inovatif berbasis multimedia secara perlahan namun pasti. Dan insya Allah akan saya agendakan selama 2 kali perbulan di bawah bimbingan nara sumber yang berpengalaman. Semua yang berkaitan dengan peningkatan mutu guru untuk menjadi cerdas secara lahir dan bathin akan menjadi agenda rutin yang harus tertata rapi sekaligus motivasi buat saya dan para bawahan saya untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Pembaca yang budiman, harapan dan cita-cita yang saya kemukan di atas, merupakan sebuah paradigma baru yang ingin saya wudkan ketika saya mendapat amanah menjadi seorang kepala sekolah. Tapi tentu saja apa yang menjadi harapan belum tentu sama kenyataan yang menjadi tujuan. Tapi saya yakin, jika saya konsisten dan komitmen dengan bahasa yang saya gunakan pada bagian pendahuluan yaitu, bekerja dengan bukti dan berjanji dengan hati serta bekerja semata-mata karena Allah, maka saya yakin Allah SWT akan membimbing saya melakukan aktifitas kepemimpinan di arah yang benar. Dan mungkin kalimat bermakna di bawah ini bisa menjadi gairah berjuang untuk bertahan hidup dengan penuh barokah.
To the question of your life you are the answer,
and to the problems of your life you are the solution. ~Joe Cordare
Kamu adalah jawaban atas sebuah pertanyaan dan solusi atas sebuah masalah.
Wallahu a’lam bisshowab.
assalamualaikum . . .
BalasHapusi don't know what language should i use,, but i prefer with english cause you're my english lecture
and i think be a headmaster (if i don't mistake)
is a great job, where you have to be responsible with your students and all of teacher who teach in your school,, because you must give a great service ,,
be a leader doesn't mean people give a service to you, but you should give a service to all of people beside you
and your article is good,,and very good for all of people who will or want to be a headmaster,,
thank you, windu nuringhati (lp3i)