Seorang anak perempuan, siswa kelas 3 sekolah dasar negeri menangis tersedu-sedu sepulang dari sekolah dan langsung mencari ibunya dan menangis di pangkuannya. Sang Ibu bertanya, " Ada apa sayang, mengapa engkau menangis?" Sang anak pun menjawab, " Tadi saya tidak dijelaskan oleh Ibu Guru di sekolah tentang bagaimana cara menghitung angka yang benar sementara siswa lain dijelaskan secara detail karena mereka les matematika dengan Bu "Ani" sepulang dari sekolah sementara saya tidak. "Saya harus bagaimana, Bu?"Saya ikut les saja ya, Bu. Biar saya diperhatikan oleh guru sama seperti siswa yang lain. "Boleh ya, Bu?"Tolong saya, Bu?" Saya takut nanti kalau ulangan semester tiba, saya tidak bisa mengerjakan soal-soal tersebut." Sang Ibu belum bisa memberikan komentar apa-apa kecuali mengelus anaknya dengan kasih sayang.
Pembaca yang budiman, Apakah kita harus menonton adegan ini terjadi berlarut-larut bahkan berulang-ulang? Sebagai pemerhati pendidikan, apakah kita tidak terpanggil untuk mencari solusi dibalik polemik sederhana yang bakal menciptakan masalah besar di dunia pendidikan? Apakah kita harus rela mempertahankan guru yang tidak adil ini yang selalu memiliki persepsi money-oriented tapi berkualitas buruk?" Apakah Indonesia tidak malu memiliki guru-guru yang pikirannya hanya uangdan uang tanpa berusaha berpikir bagaimana mencerdaskan anak bangsa dengan memberikan hak-hak mereka sebagai pelajar yang memerlukan bimbingan dan pengajaran? Apakah Indonesia rela menjadi negara yang terus tertinggal dari bangsa lain hanya karena guru yang tidak profesional mengajar dan mendidik siswa setengah setengah?
Pemerintah yang budiman, Apakah salah jika saya sebagai murid memohon kepada Anda dengan kata tolong karena saya hampir tenggelam dalam laut ketidakpastian sementara Anda tenang-tenang saja dan fokus pada urusan anda sendiri padahal anda dipercaya untuk mengurusi hajat hidup orang banyak?
Pembaca yang budiman,
Kata "tolong" bermakna sebuah permohonan bantuan dari seseorang yang berada dalam kondisi menderita kepada orang lain yang memiliki kapasitas lebih untuk membantu. Tapi jika orang ini terus berteriak karena tidak ada satu pun orang yang ingin membantu? Lantas kepada siapa lagi orang ini harus meminta bantuan, jika orang mampu yang masih yang masih hidup tidak tahu menahu akan nasib saudaranya?
Pembaca yang budiman,
Tidak ada kekuatan utuh yang dapat menolong seseorang terlepas dari musibah selain dzat yang Maha agung, Allah SWT. Allah Maha Melihat apa-apa yang dilakukan hambaNya. Jika sampai ada orang yang tidak mau menolong saudaranya yang sedang menderita, padahal dia mampu melakukannya, Allah pasti akan memberi ganjaran yang setimpal dengan apa yang diperbuatnya.
Dan kalau memang kenyataannya, seorang murid memerlukan bantuan berupa penjelasan akan suatu materi, apakah guru bijak tidak mau tahu dan tidak memedulikan kesulitan muridnya? Apakah guru tersebut layak dikatakan sebagai guru berkualitas? Apakah orang tersebut layak diberikan predikat sebagai guru, " orang yang digugu dan ditiru kalau mentalnya saja seperti seorang koruptor yang mengambil hak-hak siswa untuk diberi penjelasan materi pelajaran dengan gaji buta yang diterima setiap bulannya?
Pembaca yang budiman,
Guru profesional, bijak dan bermartarbat tidak akan pernah menelantarkan kepentingan muridnya hanya untuk tujuan tertentu. Predikat guru yang disandanganya hendaknya menjadi bahan introspeksi diri, apakah aku sudah berbuat adil kepada murid-muridku? Apakah aku sudah menjalankan kewajibanku untuk memenuhi hak-hak siswa sebagai pelajar? Jika guru bijak mau berkaca dan berbuat lebih banyak untuk kesejahteraan murid-muridnya, itulah guru senantiasa mendidik dengan hati bukan dengan uang. Jika anda termasuk guru yang selalu mendidik dengan hati, saya tunggu komentar anda terhadap permasalahan ini. Tapi jika anda tidak tahu menahu apalagi memberikan komentar terhadap permasalahan ini, predikat anda patut dipertanyakan. I'll be waiting for your comment!